“Ustzh ingat kan, kemarin ustzh bilang..”
“Kenapa tadi ustzh kok puji-puji saya di depan Bapak-Bapak tadi?”
++
Itu gugatan ramah yang terucap dari salah satu siswa saya setelah selesai kami berbincang dengan Mitra Daerah Dompet Dhuafa dari daerah asal siswa tersebut.
Pasalnya begini:
Sebelum ‘gugatan’ itu disampaikan, saya menyampaikan kepada Bapak Mitra tersebut bahwa salah satu siswa binaan Beliau ini mendapat prestasi baik di sekolah..
Sejenak setelah berlalu dari pertemuan tersebut, maka segeralah saya mendapat ‘gugatan’ ramah itu.
Mengapa sampai siswa saya itu menggugat ya?
Pasal berikutnya seperti berikut:
Hari sebelunya kami (saya dan beberapa siswa, termasuk sang penggugat) berbincang cukup panjang tentang banyak hal, salah satunya tentang ‘PUJIAN’.
“Pujian itu berbahaya kan, ustzh?” tanya siswa saya.
Saya menyahut, “Ya, pujian itu memang berbahaya”
“Bisa berbahaya bagi orang yang dipuji dan berbahaya juga bagi yang memuji”, lanjut saya.
Kemudian kami membahas contoh tentang pujian yang dilakukan secara tidak tulus dari seseorang kepada orang lain (misalnya karyawan/pegawai kepada atasannya).
Tentu itu membahayakan dua-duanya.
Bagi yang dipuji, bisa lupa bumi.
Bagi yang memuji, -kare na tidak tulusnya- tentu membuatnya mengatakan sesuatu yang tidak jujur/tidak benar.
(Lanjutan kalimat saya berikutnya menjadi rujukan ketika menjawab ‘gugatan ramah’ siswa baik saya itu)
++
Iya, memang berbahaya dan pujian juga menjadi kebaikan jika:
Diucapkan dengan tulus -dari orang yang memuji- dengan tujuan mengakui serta menghargai kebaikan/prestasi dari orang yang dipuji. Selain itu juga dapat bertujuan untuk memotivasi agar mempertahankan dan meningkatkan prestasi/kebaikannya.
Dan, orang yang dipuji mengangapnya sebagai ramah tamah dan bentuk penghargaan sekaligus motivasi untuk tetap baik dan meningkatkan kebaikan/prestasi dirinya.
Oya, (yang selanjutnya ini sepertinya belum sempat terdiskusikan waktu itu), jangan lupa-
untuk ingat untuk mengucap “Alhamdulillah“, Segala pujian hanya milik Allah..
Karena segala yang ada di diri kita merupakan bentuk kasih dari Allah kepada kita. Segala bentuk prestasi, selain karena perjuangan kita tentu hanya atas kehendak dan keridhoan Allah saja ya bisa kita raih..
++
Em. em.. alias (ya.. ya..). –> siswa saya itu manggut-manggut bijak 🙂
Alhamdulillah.. Akhirnya ‘gugatan’ itu terjawab juga..
++
Setelah selesai menjawab gugatan, saya segera menanyakan tentang misi yang sedang diemban siswa saya ini (berdasarkan salah satu isi kesepakatan dalam bincang-bincang kami hari sebelumnya).
Bagaimana?
Wah, ternyata misi belum terlaksana.. Masih dalam upaya peneguhan hati..
Bismillah demi kebaikan ya..